RESUME
ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPI)
Judul buku : Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam
Pengarang : Dr. Samsul Nizar, M.A.
Tebal halaman : 231
Penerbit : Gaya Media Pratama
Tahun Penerbit : 2001
BAB I
MELACAK AKAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM : SEBUAH PENGANTAR
A. Dasar Pemikiran
Manusia merupakan makhluk allah swt. yang sempurna sesuai dengan tugas fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai khalifah filard dan terbaik bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. kelebihan manusia bukan hanya sekedar berbeda susunan fisik, tapi juga lebih jauh adalah kelebihan aspek psikisnya dengan totalitas potensinya masing-masing yang sangat mendukung bagi proses aktualitas diri pada posisinya sebagai makhluk mulia. integritas kedua unsur tersebut abersifat aktif dan dinamis sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman di mana manusia berada. dengan potensinya material dan spiritual tersebut, menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan allah swt. yang terbaik.secara sistematis pada proposisinya penge tahuan yang mencerminkan pengembangan totalitas kepribadian manusia secara utuh. untuk mengoptimalisasikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik maka, pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik pada pengembangan diri secara totalitas. islam dengan ajaran yang universal tidak menghendaki adanya sistem pendidikan yang dikotomik parsial dalam menempatklan peserta didik baik teoritis maupun praktis peserta didik manawarkan sistem pensisikan yang integral dan mengempatkan sesuai dengan tuntutan yang digariskan oleh Allah SWT.
B. PENGERTIAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
Secara etimologi pemikiran berasal dari kata dasar pikir, berarti proses, cara atau perbuatan memikir yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dalam konteks ini pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas (ijtihady) dari proses kerja akal dan kalbu untukmelihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana sedangkan pendidikan, secara umum berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang (peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia (peserta didik),melalui upaya pengajaran dan latihan. Serta proses perbuatan dan cara-cara mendidik. Dengan berpijak pada definisi diatas. maka yang dimaksud dengan pemikiran pendidikan islam adalah proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan islam dan berupaya untuk membangun sebuah peradaban pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna.
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN MEMPELAJARI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
Secara khusus pemikiran pendidikan islam memiliki tujuan sangat komplek diantaranya adalah :
1. Untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis terhadap persoalan-persoalan di seputar pendidikan islam.
2. Untuk memberikan dasar berfikir inklusif terhadap ajaran islam dan akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh intelektual diluar islam.
3. Untuk menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang ditujukan oleh Rosulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad pertama sampai abad pertengahan, terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan islam yang lebih baik.
4. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem pendidikan nasional.
D. SEKILAS SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusia itu sendiri. keduanya tak dapat sipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia tidak akan bisa berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan untuk itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sksistensi pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan mengekalkan kebidayaan manusia. Disini, fungsi pendidikan berupaya menyesuaikan kebudayaan lama dengan kebudayaan lama dengan kebudayaan baru secara proporsional dan dinamis. Wacana pemikiran pendidikan islam masa nabi sudah tentu tidak sesistematis dan secanggih yang ada sekarang ini. Meskipun demikian perhatian umat terhadap ilmu pengetahuan jelas sangat tinggi dan hal ini terwujud sesuai dengan kemungkinan kondisi sosial waktu itu. Ketika di makkah, proses pendidikan islam dilakukan Nabi dan para pengikutnya di dar al-arqam, sebagai pusat pendidikan dan dakwah. setidaknya ada empat alasan pentingnya pelacakan pendidikan dan sesudahnya, yaitu : pertama, dalam tatanan kehidupan masyarakat yang dinamis, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda.bahkan pendidikan seringkali dijadikan tolak ukur layak atau tidaknya manusia menduduki dan melaksanakan amanat Allah sebagai khalifah fi al-ardh. sebagaimana firman Allah SWT.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa deraja”t. (Q.S. 28 : 11)
Munculnya dinamika penbaruan pemikiran pendidikan yang dilakukan sejumlah intelektual muslim dari masa ke masa, tidak terlepas dari kondisi objektif sosial-budaya dan sosial keagamaan umat islam itu sendiri. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa dinamika pemikiran intelektual muslim merupakan hasil refleksi terhadap kondisi umat islam pada zamannya. Sederetan intelektual muslim, sejak masa awal sampai pada era posmodernisme telah berupaya merekonstruksi guna terciptanya sistem pendidikan islam yang ideal. kelompok intelektual muslim tersebut antara lain adalah :
1. Ibnu Maskawih (Ahmad ibn Muhammad ibn Ya’qub ibn Miskawih), lahir di rayy sekitar tahun 320 H./ 432 M. dan meninggal di isfaham pada tanggal 9 safar buwaihi yang berlatarbelakang mazhab syi’ah. Perhatiannya dalam menuntut ilmu sangat besar. Hal ini tercermin dari bidang ilmu pengetahuan yang ditekuninya. Dalam bidang sejarah umpamanya, ia belajar dengan Abu Bakar Ahmad ibn Kamil al-qadhi, filsafat dengan ibn al-khammar, dan kimia dengan Abu Thayyib. Pemikirannya tentang pendidikan lebih berorientasi pada pentingnya pendidikan akhlak. hal ini tercermin dari karya monumentalnya, Tahzib al-akhlaq. melalui karya tersebut Miaskawih menyetakan bahwa tujuan endidikan adalah terwujudnya sikap batin yang secara spontan mampu mendorong lahirnya perilaku dalam memperoleh kerimah-perilaku yang demikian akan sangat membantu peserta didik dalam memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan yang sejati.
2. Ibn Sina (Abu Ali al-Husaiyn ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina) lahir pada tahun 370/ 980 di asyanah, Bukhara (dalam peta modern masuknya Turkistan) ia wafat oleh penyakit disentri pada tahun 428/ 1037 dan dimakamkan di Hamadan (sekarang dalam wilayah Iran). Hasil pemikiran dari Ibn Sina diantaranya :
a. Falsafah wujud
b. Falsafah Faidh
c. Falsafah Jiwa
3. Ibn Khaldum (Waliuddin Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin Hasan bin Jobir bin Muhammad binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin Usman) lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M dan wafat di Kairo 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 406 M.
Diantara stressing ruint pemikiran Khaldum adalah pada bidang pendidikan islam dalam melaksanakan pendidikan, maka menurut Khaldum paling tidak ada dua tujuan yang perlu disentuh yaitu jasmaniah dan rohaniah.
4. Muhammad Abdus ibn hasan Khairuddin, lahir pada tahun 1265 H/ 1849 M. Pada sebuah desa dipropinsi Gharbuyyah-ia lahir dari lingkungan petani sederhana yang taat dan sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Menurut Abduh metode yang kuno sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dewasa ini, sebab metode tersebut menurut tumbuhnya daya peserta didik dalam bukunya al- a’mal al-kamila Abduh menawarkan metode pendidikan yang lebih dinamis dan kondusif bagi pengembangan intelektual peserta didik. Metode yang di maksud adalah metode diskusi.
5. Ismail raji al faruqi, lahir di Sayfa (palestina) pada tanggal 1 Januari 1921. Ia meninggal pada tanggal 1986. latar belakang pendidikannya ditempuh pada pendidikan barat yaitu Colege Des Peres (1936). Kemudian pendidikan pasca sarjana mudanya ia rampungkan pada America University (1941). Kemuudian program magisternya pada Indian University dan harvard University dalam bidang filsafat. sedangkan gelar doktor ia peroleh pada indian university dalam bidang yang sama.
Menurut analisis al-faruq umat islam saat ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan lemah, baik secara moral, politik, dan ekonomi terutama komunitas intelektual dalam wacana keagamaan, umat islam terbelenggu oleh Khurafal, kondisi ini membuat umat islam taqlid yang berlebihan terutama dalam aspek syariat. Kondisi ini membuat umat islam berada dalam kondisi statis dan enggan melakukan kreativitas, ijtihad.
6. Syed Muhammad Waquib al-attas dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931. Paradigma pemikiran al-attas bila diaji secara historis merupakan sebuah pemikiran yang berasal dari dunia metafisika kemudian kedunia kosmologis dan mermuara pada dunia psikologis, perjalanan kehidupan dan pengalaman pendidikannya memberikan andil yang yang sangat besar dalam pembentukan paradigma pemikiran selanjutnya.
BAB II
MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN
SUATU TINJAUAN TEMATIK
A. Konsep Al-Insaniah Suatu Tinjauan Quaranik
Upaya untuk menyingkap hakikat manusia secara utuh telah banyak menyita perhatian baik kalangan ilmuan filosof bahkan para agamawan sepanjang masa. Pendefinisian ini dipandang perlu untuk membantu manusia mengenal dirinya serta mampu menentukan bentuk aktivitas yang dapat mengantarkannya pada makna kebahagiaan yang sesungguhnya namun upaya tersebut gagal. Manusia hanya mampu menyingkap hakikat dirinya pada batas instrumen dan bukan pada substansi. Sulitnya mengingkap substansi manusia bahkan disadari oleh Alexis carrel. Carrel menyebut manusia sebagai makhluk misterius dan uniknya tak mampu ditelusuri secara keseluruhan. Ketidak mampuan manusia dalam menelusuri substansi dirinya secara utuh, disebabkan karena keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya, terutama dalam menyingkap hal-hal rohaniah yang bersifat abstrak. Keterbatasan ini menurut Quraish Shihab disebabkan tiga faktor, yaitu pertama dalam sejarah kehidupannya, manusia lebih tertarik melakukan penyelidikan tentang alam materi (konkrit) dibandingkan pada material yang bersifat immaterial (abstrak). Kedua keterbatasam akal manusia yang hanya mampu memikirkan hal-hal yang bersifat instrumental ketimbang hal-hal yang substansial dan kompleks. Ketiga kompleks dan uniknya masalah manusia.
1. Istilah Manusia Dalam Al-Qur’an
Setidaknya ada tiga kta yang digunakan untuk mewujudkan makna manusia yaitu Al-basar, al-insan, dan al-naf, meskiupn ketiga kata tersebutmenunjuk pada makna manusia namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat pula di uraikan sebagai berikut:
a. Kata al-basyar dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat, secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut, penanaman ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibandingkan rambut bulunya. pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih di dominasi bulu atau rambut. Firman Allah dalam Q.S. 18 : 110)
“Katakanlah sesunguhnya aku (Muhammad) hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku………. (Q.S. 18 : 110).
Dengan pemaknaan yang diperkuat umat diatas dapat dipahami bahwa seluruh manusia (Bumi adam 4-5) akan mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk terhadap hukum alamiahnya. baik yang berupa sunnahtullah (sosial-kemasyarakatan) maupun takdir allah (hukum alam).
b. Kata al-ihsan yang berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 73 kali dan tersebear dalam 43
“Ayahnya berkata : hai anakku, janganlah kamu ceritakan impianmu itu kepada sandara-saudaramu, maka mereka membuat makan (untuk membinasakanmu) sesungguhnya syaitan itu adalahmusuh yang nyata bagi manusia:. (Q.S. 12 : 5).
c. Kata al-nas dinyatakan dalam al-qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat, kata al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. dalam menunjukkan makna manusia, kata al-nas lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan kata al-insan. seperti dalam firman Allah’ pada Q.S. 2 : 24.
“Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak akan dapat membuanya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir (Q.S. 2 : 24).
2. Proses dan Tujuan Penciptaan Manusia
Pada hakikatnya penciptaan manusia dapat ditujukan dari dua asala pendekatan yaitu pertama proses penciptaan manusia pasca Adam (keturunan Adam) tercipta dari Nutfah dan kemudian mengalami proses panjang dan bertahap dalam hal ini allah SWT berfirman :
“Yang membuat segala sesuatu yang dia kemudian sebaik-baiknya dan yang memulai penciptann manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang bina (air mani) kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuhnya) roh (ciptaan-nya) dan dia menjadikan bagi kalian pendengaran. penglihatan dan hati tetapi kalian sedikit sekali yang bersyukur (Q.S. 32 : 7-4).
Analisis leteran dari ayat diatas menunjukkan bahwa penciptaan manusia mengandung bagian atau komponen dan proses yaitu adanya penciptaan, adanya bahan (materi) cara atau metode penciptaan, transformasi dan model khusus dari hasil akhir tahapan proses kejadian manusia sebagaimana isyarat yang telah dilukiskan dalam al-qur’an dapat dilihat kepada beberapa proses antara lain : pertama, nutfah yaitu sati pati makanan yang telah berubah menjadi air mani yang masuk kedalam rahim. Hal ini dinukilkan allah dalam al-qur’an.
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). (Q.S. 75 : 37).
“Kedua sperma dalam rahim bercampur dengan ovum (gen sel produksi wanita kemudian terjadi pembuahan sel dalam rahim yang kemudian berproses menjadi segumpal darah.” dalam ayat lain allah juga berfirman
“kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu alllah menciptakannya dan menyempurnakannya (Q.S. 75 : 38).
ketika berproses menjadi segumpal daging untuk kemudian diciptakannya tulang belulang (kerangka manusia) yang dibalut dengan daging selama 40 har. fase-fase tersebut meliputi : Setelah terjadinya pembuahan antara sel sperma dan ovum dalam rahim berproses menjadi nutfah selama 40 hari, kemudian menjadi alaqah selama 40 hari dan kemudian menjadi mudlghah selama 40 hari, untuk kemudian ditiupkannya roh serta perlenkgpan manusia lainnya.
Keempat diciptakannya ruh dalam tubuh ciptaannya serta menetapkan ilmu, rezeki, ajal dan celaka-bahagia manusia pada tahap proses Allah berfirman :
“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya juga roh (ciptaannya dan dia menkadi bagikamu pendengaran, penglihatan dan hati tetapi kamu sedikit sekali bersyukur (Q.S. 32 : 9).
Dari penjelasan diatas tergambarlah bahwa penciptaan manusia dalam proses alami (sunnatullah) terdiri dari 2 aspek pokok yairu aspek material dan aspek immaterial.
Aspek material adalah jasmaniah (jasad) yaitu jisim manusia tubuh badan Abu Ishak menjelaskan bahwa jasmaniah ialah sesuatu yang tidak bisa berpikir dan tidak dapat dilepaskan dari pengertian bangkai.
Aspek material adalah rohaniah. Aspek rohaniah tidak sama seperti aspek jasmaniah ia hanya terlihat dari adanya aktivitas jasmaniah. Beberaoa ulama mencoba memahami dan mendefinisikan roh sesuai dengan pandangan mereka masing-masing antara lain :
a. Imam Al-ghazali
Imam al-ghazali membagi kepada 2 bentuk yaotu al-ruh yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri mengenal tuhanya dan mencapai ilmu pengetahuan sehingga dapat menentukan manusia kepribadian berakhlak mulia serta menjadi motivasi sekaligus penggerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah allah swt. Yang kedua al-nafs yang berarti penas alami yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi otot-otot dan syaraf manusia.
b. Ibn Qoyyim
Ibn Qoyyim berpendapat bahwa roh adalah jiwa yang berbeda denga jisim lahiriyah (jasmani)
c. Al-Farobi berpendapat bahwa roh merupakan daya penggerakan yang memiliki berbagai daya aktif sedangkan al-nafs memberikan pencaran kehidupan sehingga manusia dapat melakukan sejumlah aktivitas. Untuk itu manusia masih memerlukan kedatangan nabi sebagai penolong dalam menafsirkan ayat-ayat allah untuk keberadaan akal manusia setidaknya memiliki enam fungsi yaitu :
1. Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya
2. Mengetahuai adanya hidup diakhirat
3. Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa diakhirat tergantung pada sejauhmana akal mengenal tuhannya dan senantiasa berbuat baik sedangkan kesengsaraannya tergantung pada keterlibatan kedurhakaannya.
4. Mengetahui bahwa kewajiban manusia mengenal tuhan
5. Mengetahui kewajiban manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk bagi kebahagiaannya kelak diakhirat
6. Membuat huku-hukum mengenai kewajiban tersebut yang belum ada di dinyalir dalam al-qur’an maupun hadits.
3. Tujuan Penciptaan Manusia dan Implikasinya Dalam Pendidikan
a. Manusia sebagai abd allah (hamba allah)
Manusia dalam kehidupannya dimuka bumi ini tidak bisa terlepas dati kekuasaannya yang transendental (allah) hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba manusia mengsumsikan bahwa mitos yang melahirkan agama aniaisme dan dinamisme meskipun dengan kondisi yang cukup sederhana manusia dahulu telah mengakui ahwa diluar dirinya ada zat yang lebih berkuasa dan menguasai seluruh kehidupannya.
Firman allah dalam al-qur’an
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (alah) tataplah pada fitrah allah, yang selalu menciptakan manusia menurut fitrah (agama) itu tidak ada perubahan pada fitrah allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. 30 : 30).
b. Manusia Sebagai Khalifah Fil-Ardi
Manusia sebagai makhluk mulia, menempati posisi yang istimewa yang diberikan allah dimuka bumi. Hal ini karena manusia diciptakan dalam “citra allah” sehingga selayaknya manusia disebut sebagai mahkota ciptaannya. Kedudukan manusia dimuka bumi ini di sinyalir allah swt dalam firmannya :
”Dsan ingatlah tatkala tuhanmu berkata kepada malaikat sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifar dimuka bumi (Q.S 2 : 30).
Bila ayat tersebut dianalisa lebih mendalam, maka akan terlihat bahwa manusia bukan sekedar hiasan, akan tetapi jauh dari itu manusia diberikan tugas utuk memelihara bumi ini. Dalam rangka beri’tiqaod kepada allah sehingga akan membedakannya denganmakhluk lainnya dalam kedudukan dan tanggung jawab.
Secara implisit memberikan gambaran bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah manusia dihadapkan pada beberapa konsekwensi yang harus dipertanggung jawabkan yaitu :
1. Senantiasa taat, tunduk dan patuh serta berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama islam.
2. Mempersiapkan diri denga seperangkat ilmu pengetahuan yang menopang terlaksananya tugas dan fungsinya sebagai khalifah Fil-ardi.
3. Bertanggung jawab terhadap amanat yang diberikan allah kepadanya, dengan cara memelihara serta memanfaatkan ilmu agama menterjemahkan ayat-ayat alqur’an.
B. Istilah Dan Konsep Fitrah Manusia Menurut Al-Qur’an Dan Hadits
Dalam dimensi pendidikan keutamaan dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk allah lainnya, secara bahasa kata fitrah berasal dati kata (fathara) yang berarti menjadikan, kata tersebut berasal dari kata al-fahtara yang berarti belahan atau pecahan. Hasan langgulung mengatakan fitrah tersebut sebagai potensi yang dimiliki manusia, potensi tersebut merupakan suatu keterpaduan yang tersimpul dalam al-ama’ al-husna (sifat-sifat allah) dengan berbagai potensi yang dimilikinya, diharapkan manusia dapat hidup dan serasi dan seimbang, dalam konsep ini allah swt berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungghnya pandangan, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya (Q.S 17 : 36).
Ayat diatas memberikan nuansa bahwa akal manusia mampu untuk hidup dengan harmonis kepada manusia diberikan potensi untuk menjadikan harapan-harapannya tersebut. Ibnu Tammiyah pada diri manusia memiliki sedaknya tiga potensi fitroh yaitu :
1. Daya intelektual yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk.
2. Daya ofensif yaitu potensi dasar yang dimiliki manusia yang mampu menginduksi objek-objek yang mengemukakan dan bermanfaat bagi kehidupannya.
3. Daya defensif yaitu potensi dasar yang dapat menghindari manusia dari segala perbuatan yang memebahaakan dirinya.
BAB III
PENDIDIKAN DAN KAITANNYA DENGAN FITRAH MANUSIA
A. Konsep Pendidikan Menurut Islam
Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusia itu sendiri. Dengan kata lain, keberadaan pendidikan bersamaan denga keberadaan manusia. Keduanya tak dapat dipisahkan lagi melainkan saling melengkapi. Pendidikan tidak akan punya arti bila manusia tidak ada didalamnyam karena manusia merupakan subjek dan objek pendidikan. Artinya manusia tidak akan bisa berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan.
- Pengertian Pendidikan Islam
Untuk menunjukkan istilah pendidikan, manusia mempergunakan terma istilah tertentu. Dalam bahasa inggris, penunjukkan tersebut dengan menggunakan istilah education. Dalam bahasa arab pengertian kata pendidikan sering digunakan pada beberapa istilah antara lain, Al-Ta’lim yaitu bersifat pemberian atau penyampaian pengertian pengetahuan dan keterampilan., Al-Trabiyah yaitu mengasuh, mendidik dan memelihara dalam leksikal al-qur’an penunjukkan kata al-tarbiyaha yang merujuk pada pengertian pendidikan secara implisit tidak dikemukakan. Dan secara esensial kata al-tarbiyah mengandung dua makna yaitu: adalah merupakan proses transformasi sesuatu sampai pada batas kesempurnaan (kedewasaan) dan dilakukan secara bertahap. dan Al-Ta’dib yaitu proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.
- Dasar Pendidikan Islam
Agar pendidikan islam dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of Culture dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri maka perlu acuan pokok yang mendasarinya.
Dasar-dasar tersebut diantaranya :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab Allah swt. Yang memiliki perbedaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat islam. Ia merupakan sumber pendidikan yang terbungkus, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial) moral (akhlak) maupun spritual (kerohanian) serta material (kejasmanian) dana alam semedta.
b. Hadits (Asu-nnah)
Hadits asunnah berposisi dan berfungsi sebagai sumber pendidikan islam yang utama setelah al-qur’an eksistensinya merupakan sumber inspirator ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan dalam al-qur’an tapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut secara terperinci.
- Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam
a. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan islam adalah menjadikan manusia sehingga insan pengabdi kepada khaliwnya guna mampu membangun dunia dan mengelola alam semesta beserta isinya.
b. Aspek-aspek tujuan pendidikan islam
Setidaknya tujuan pendidikan islam
1. Berorientasi pada tujuan dan tugas pokok manusia
2. berorientasi pada sifat dasar
3. Berorientstion ada tuntutan umum dan mayarakat.
c. Tahap-tahap tujuan pendidikan islam
Secara garis besar tahap-tahap tujuan pendidikan islam itu dapat dikelompokkan kepada 3 tahap yaitu :
1. Tujuan tertinggi : menjadikan hamba allah yang paling bertanya
2. Tujuan umum : mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik.
3. Tujuan khusus : Operasionalisasi dari tujuan umum dimulaki rujuan tertulis fendic’s
d. Fungsi pendidikan islam :
Fungsi pendidikan islam dapat dilihat dari dua dimensi yaitu :
1. Dimensi mikro (internal) yaitu manusia sebatas subjecit dan peradaban objek syiejkh.
2. Dimensi makro (eksternal) yaitu perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan lingkungannya.
- Tanggung Jawab Pendidikan Islam
Secara umum menurut Hadari yang bertanggung jawab atas maju mundurnya pendidikan termasuk pendidikan islam ada pada puncak keluarga lingkungan rumah tangga) sekolah, lingkungan pendidikan msyakat (lingkungan sosial)
BAB IV
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM SUATU ALTERNATIF DESAIN PENDIDIKAN INTEGRAL
A. Pesan Pendidikan Islam : Suatu Pengembangan Dan Pembinaan Ftitrah Manusia
Perkembangan dan kemajuan peradaban yang telah dicapai manusia modern telah mencapai titik optimal dan sekaligus titik jenuh yang cukup menghawatirkan bagi kelangsungan peradaban yang cukup maju akan tetapi secara psikis, manusia modern telah mengalami kemunduran akibat hilangnya nilai-nilai ilahiyah dalam dirinya, sebagai nilai kontrol setiap aktivitas yang di lakukan sekaligus pembawa ketenangan jiwa. Sistem pendidikan islam mampu mengakomodasi seluruh potensi peserta didik dan dinamis, maka perlu terlebih dahulu dibangun strategi pendidikan yang applicable dan acceptable. Diantara persoalan yang perlu mendapat perhatian dalam merekonstruksi ulang sistem pendidikan yang ideal antara lain adalah :
1. Tujuan pendidikan
2. Materi penididikan
3. Kurikulum pendidikan islam
4. Metode, sarana, dan prasarana persida
5. Evaluasi pendidiknya
6. Kesimpulan jenjang pendidikan
B. Format Pendidikan Islam Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Sistem
Pendidikan nasional serta pembinaan manusia indonesia seutuhnya. Pengerbagnan peningkatan kemampuan (skill) sumber daya masyarakat kehidupan pembangunan suara bangsa. Berdasarkan keterang diatas operasional pendidikan dalam hal ini setidaknya ada dua kriteria.
1. Pentekalan
2. Pendekat wo
BAB V
PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI PADIGMA PEMBEBASA
Dalam al-qur’an potensi yang dimiliki manusia diistilahlan fitroh. Potensi atau fitrah yang dimiliki manusia pada hakikatnya merupapakan kemampuan dasar manusia yangmeliputi kemampuan mempertahankan kelestarian kehidupannya. Kemampuan rasional maupun kemampuan srpiritual. Hanya saja kemampuan tersebut masih bersifat embrio utuk itu diperlukan berbagai upaya untuk mengombangkan dan memperkaya potensi tersebut secara aktif. Upaya media pendidikan, setelah kesemuan dimensi potensi tersebut mampu dimunculkan secara aktif dan dinamis potensi tersebut mampu dimunculkan secara aktif dan dinamis maka pedding harnes pulang menjadi alat kontrol baik sebagai kekuatan moral, religious maupun control sosial terhadap dinamika kekuatan perkembangan yang dimiliki peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar