Kamis, 31 Desember 2009

IAD Sebagai Pengantar Pendidikan

MAKALAH

IAD Sebagai Pengantar Pendidikan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk yang berfikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan hal yang bersifat alamiah serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan, pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengetahuan.

Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya ini manusia mampu melakukan segala hal untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari sesuatu ha. Setelah manusia mampu memadukan kemampuannya lahirlah ilmu alamiah yang mantap.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian ilmu secara fenominal

2. Tahap dan sifat ilmu

3. Proses ilmu pengetahuan

C. Tujuan

  1. Agar mahasiswa dapat memahami apa itu ilmu.
  2. Agar mahasiswa dapat mengenal secara mendalam tentang ilmu.
  3. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses dari sifat ilmu alamiah.

BAB II

PEMBAHASAN

Ilmu Alamiah Dasar Sebagai Pengantar Pendidikan

A. Ilmu

Pengertian ilmu secara fenomenal dapat dipandang sebagai produk, proses dan pradigma etika.

Sebagai produk, ilmu adalah semua pengetahuan yang telah diketahui, dan disepakati oleh sebagian besar masyarakat ilmiah. Sebagai proses, ilmu adalah kegiatan sosial untuk memahami alam dengan metode ilmiah.

Adapun pradigma etika, ilmu menurut menurut Marton, berpegang pada empat kaidah ilmiah, yaitu universalisme, komunalisme, disintrestedness, dan skeptesisme yang terarah. Universalisme berarti ilmu tidak bergantung pada perbedaan ras, warna kulit dan keyakinan. Komunalisme menunjukkan bahwa ilmu adalah milik umum. Disinterestedness yaitu tidak memihak, melainkan apa adanya. Skeptisisme berarti tidak begitu saja menerima kebenaran, sebelum bukti emperis misalnya. Karena semata-mata pengaruh kewibawaan seseorang melainkan bukti emperis.

B. Rasa Ingin Tahu

Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan suaut ciri khas manusia. Manusia memiliki rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya. Bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).

Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti batu, tanah, sungai, dan angin. Air dan udara memang bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.

Bagaimana halnya dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuhan-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada upayanya untuk mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya daun-daun yang cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air yang kaya mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini terus berlangsung sepanjang zaman.

Pada tahap awal, semua kegiatan ilmu pengetahuan alam masih terbatas pada pengalaman dan pencatatan gejala-gelaja alam.

Selanjutnya, kegiatan itu berusaha untuk memberikan dan menjelaskan cara berlangsungnya gejala-gejala alam tersebut, tetapi masih bersifat kualitatif. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan alam masih bersifat deskriptif dan kuantitatif, pernyataan secara kuantitatif ini pada awalnya cukup memadai, tetapi karena kurang cermat dan eksak, pernyataan ini sering menyesatkan.

Pada tahap berikutnya sejalan dengan perkembangan matematika. Kegiatan ilmu pengetahuan alam lebih bersifat simulatif dan kuantitatif. Dengan demikian pernyataan-pernyataan menjadi lebih seksama dan lebih eksak sehingga leibh mendekati kebenaran. Disamping itu, kegiatan ilmu pengetahuan alam yang menggunakan metode keilmiahan. Yang antara lain bersifat terbuka untuk di uji kebenarannya menjadi ilmu pengetahuan bersifat dinamis. Berikut ini dibahas perkembangan ilmu pengetahuan alam.

C. Tahap Deskriptif dan Kuantitatif

Kegiatan ilmu pengetahuan alam dimulai dengan observasi dan pencatatan gejala-gejala alam yang diamati. Dari pengumpulan hasil observasi ini dapat dilihat kesamaan atau perbedaannya. Kemudian timbul kebutuhan utnuk menyederhanakan dengan proses prinsip-prinsip yang lebih mendasar dan bersifat umum klasifikasi proses untuk mengubah data yang terpisah menjadi data yang lebih fungsional.

Setelah pengetahuan yang tekumpul berdasarkan klasifiksi telah cukup banyak, timbul kebutuhan untuk membandingkan. Konsep perbandingan ini merupakan konsep yang lebih tinggi dan lebih efektif.

Pernyataan kualitatif ini terkadang-kadang merupakan pengetahuan yang memadai dan bermanfaat terutama untuk bidang dimana metode kuantitatif belum dapat berkembang.

D. Tahap Simulatif dan Kualitatif

Untuk memperoleh pengukuran yang seksama perlu dilakukan proses simulasi, yaitu dengan menirukan atau mengulangi peristiwa alam dengan jalan melakukan percobaan-percobaan. Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan matematika dalam imu pengetahuan alam. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya kontrol dan daya ramal dari ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Dengan demikian, akan menghasilkan pemecahan masalah sehingga menjadi lebih seksama, cermat, tepat dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.

E. Ilmu Pengetahuan Bersifat Dinamis

Kegiatan ilmu pengetahuan alam berawal dari pengamatan dan pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnya maupun dalam percobaan-percobaan yang dilakukan dalam laboratorium. Dari hasil pengamatan atau observasi ini, manusia berusaha untuk merumuskan konsep, prinsip hukum, dan teori. Jika dilihat dari arah prosesnya maka dalam hal ini eksperimen mendahului teori. Proses pengetahuan tidak berhenti sampai disini, tetapi dari hasil ilmu pengetahuan alam yang berupa konsep, prinsip, hukum dan teori ini masih terbuka kesempatan untuk di uji kebenarannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan kami diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian ilmu secara fenomenal dapat dipandang sebagai produk, proses dan pradigma etika (sikap atau nilai). Sebagai produk, ilmu adalah semua pengetahuan yang telah diketahui dan disepakati oleh sebagian besar masyarakat ilmiah. Dan menurut Marton berpegang pada empat kaidah ilmiah yaitu, universalisme, komunalisme, interestedness, dan skeptisisme.

B. Saran

Kami sebagai penulis makalah, inilah kami dan apabila ada kekurangan dalam makalah ini, kami menerima atas semua kritik dan saran dari para pembaca karena dalam diri manusia pasti ada kekurangan dan kekhilafan. Dan agar bisa lebih baik untuk makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Drs.H.A, Supatmo. Ir.A, Ilmu Alamiah Dasar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Abdullah, Aly, Drs., Eny Rahma, Ir., MKDU-Ilmu Alamiah Dasar. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1991.

Darmodjo, Hendro, Ilmu Alamiah Dasar. Universitas Terbuka. Dekdikbud, Jakarta, 1986.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar